gas seperti Xplorer-Bintaro, klub sepeda BPI (Bukit Pamulang Indah),
PJMI (Jurang Mangu Indah) dan lainnya. Pada saat itu belum ada trek
permanen seperti sekarang ini. Yang dipergunakan adalah sekitar pipa
gas. Biasanya beberapa klub tersebut lebih dahulu melakukan aktifitas
di sekitar komplek perumahan mereka baru kemudian dilanjutkan
menyusuri sepanjang pipa gas. Seperti yang dilakukan oleh Xplorer,
pada Minggu pagi sekitar jam 06.30 WIB Devin, Pak Wanto, Pak Adam,
Pak Djati dan anggota yang lain biasanya berkumpul di Bintaro dan
selanjutnya melakukan perjalanan ke BSD melalui pipa gas lalu ke
Sekolah Dasar dekat pemancingan terus ke daerah perigi dan finish di
Taman Jajan BSD. Pada saat itu mereka belum nongkrong-nongkrong di
di M’pok Café, melainkan di seberang jalan, sedangkan M’pok Café yang
berdiri tahun 1993 masih dipergunakan sebagai pangkalan ojek dan cuma
memiliki satu jendela yang menghadap ke jalan raya.
Pada tahun 1996, Ratna Riantiarno (RR) berencana akan mengelar
serie kejuaran MTB. Xplorer pun tak mau ketinggalan menurunkan
teamnya dalam kejuaraan yang akan digelar tersebut. Para atlet
Xplorer seperti Devin, Arief, Ayu, Audi, Yosi dan Tito dipersiapkan
matang, mereka di genjot untuk latihan endurance sepanjang Plaza
Bintaro hingga Mc Donald. Namun saat itu Xplorer belum memiliki trek
untuk latihan off road. Pak Adam sebagai pelatih memberikan tantangan
kepada Pak Joe sebagai anggota baru Xplorer untuk membuat sebuah trek
yang dapat dipergunakan oleh atlet untuk latihan. Lalu Pak Joe
menyatukan jalan setapak penduduk dengan lintasan yang pernah
dipergunakan maupun `temuan’ dari beberapa anggota Xplorer sendiri
sehingga tidak heran ada nama `Tanjakan Tangga Ayu’, `Turunan
Heryson’ atau `Turunan Bambu Pak Wanto’. Setelah selesai trek
tersebut tidak hanya dipergunakan oleh atlet dari Xplorer tetapi
para atlet pra sea games juga mempergunakan trek sepanjang + 6 km itu
sebagai tempat latihan. Namun ironisnya rencana RR tersebut akhirnya
tidak jadi terlaksana.
Tahun 1998 adalah masa suram bagi bangsa Indonesia. Ketika itu
terjadi resesi ekonomi, nilai tukar dolar terhadap rupiah melambung
tinggi sehingga harga-harga semakin menjadi tidak menentu, tak
terkecuali terhadap komponen sepeda. Ternyata hal tersebut
mempengaruhi kegiatan bersepeda. Pada tahun tersebut Jalur Pipa Gas
nyaris lumpuh, tidak ada lagi aktifitas dari kelompok-kelompok
sepeda. Hanya ada satu atau dua saja yang melewati jalur pipa gas.
Di akhir tahun 1999 mulanya Pak Djati ngomporin Devin untuk
membenahi sepedanya lagi. Dengan cita-cita ingin menjadikan JPG
sebagai tempat berkumpulnya MTB’er se-Jabotabek. Mereka bedua mulai
nongkrong M’pok Café dengan sesekali ditemani oleh Pak Joe dan
Heryson. Walau dengan setengah pesimis, dengan tanpa kenal lelah
mereka bergerilya. Orang-orang `lama’ kembali di hububungi, bila ada
orang yang naik MTB selalu di ajak ngobrol dan tidak sungkan
nongkrong di toko sepeda dan mengajak setiap orang yang membeli
komponen untuk MTB main di pipa gas. Dan bila memang berkunjung,
mereka menjadi pemandu dan tidak `memaksa’ walau 1 lap kadang harus
istirahat 6 – 10 kali. Akhirnya perjuangan mereka mulai menampakan
hasil, pipa gas mulai hidup kembali dan setiap Minggu – waktu itu
hari Sabtu bukan jadwal genjot – yang datang semakin bertambah
banyak, baik pemain baru maupun pemain lama.
Pada akhir tahun 2000 pipa gas mencapai puncaknya. Pada saat
diliput oleh ANTV untuk acara MaJor (majalah olahraga) tercatat 9
klub dengan 106 anggota. Dengan kondisi seramai itu tentu Xplorer
sudah tidak mungkin lagi menjadikan Mpok Café sebagai base camp
mereka. Dan berbagai usulan nama pun muncul seperti `Jalur Gaza’ yang
di usulkan oleh Pak Poer dan akhirnya atas usulan Pak Joe dan Pak
Djati mereka memproklamirkan diri dengan nama `Komunitas Jalur Pipa
Gas’.
Dengan semakin banyak yang main di pipa gas membuat aktifitas
bertambah, sesekali komunitas ini jalan-jalan keluar kota. Menjelang
tahun 2001 saat mengadakan touring ke Parakan Salak, atas gagasan
dari Pak Partahi terbentuklah pengurus di ketuai oleh Pak Djati. Pada
tanggal 20 Juli 2002 terbentuklah mailing list (milis) MTB-Indonesia,
karena kesulitan menuliskan Komunitas Jalur Pipa Gas ketika
bergabung di milis, Devin menyingkat Jalur Pipa Gas menjadi JPG
yang kita kenal sekarang ini.
Lambat laun trek JPG semakin padat oleh penduduk, maka untuk
menjawab menjawab perkembangan jaman, pada tahun 2003. Pak Ahmad yang
dalam kepengurusan menjabat sebagai wakil ketua III membuat
perombakan dan penambahan jalur sehingga trek JPG menjadi kurang
lebih 6,5 km. Selain sebagai lebih menantang, perubahan tersebut
ditujukan untuk menghindari jalur-jalur yang melewati rumah penduduk
agar terhindar dari resiko kecelakaan terhadap penduduk sekitar.
Sehingga trek yang oleh sebagian orang di sebut juga sebagai
trek `Pak Lubis’ (karena tingkat kesulitannya yang rendah sehingga
dapat dilalui oleh Pak lubis yang berusia sekitar 60 tahun) praktis
menjadi jarang dipergunakan.
Dan di tahun ini pula diperkenalkan logo JPG yang dibuat oleh Indra
Ighra dan Pak Djati. Logo ini mengadaptasi dari logo kejuaran dunia
mtb tahun 2000. Dengan gambar Arah mata angin dan orang bersepeda.
Logo ini berarti sederhana yaitu anggota JPG berasal dari mana-mana. Sedangkan nama Mpok Cafe sendiri di populerkan oleh Aan yang saat itu menjadi manager Music Cafe di Bintaro Plaza.
Dan pada awal tahun 2004 oleh Pak Ahmad, sekali lagi trek JPG
mengalami pemolesan, sehingga menjadi sepanjang 7,8 km. Berbeda
dengan alasan yang dulu. Perubahan ini lebih di tujukan untuk
menjawab tuntutan dengan semakin meningkatnya kwalitas JPG’er akan
sebuah medan yang lebih menantang. Dan hingga kini JPG telah memiliki
3 jalur yang pertama `Jalur Wisata’ dengan tingkat kesulitan rendah.
Yang kedua Jalur Pak Ahmad memiliki tingkat kesulitan yang sedang.
Dan yang terakhir `Jalur Pak Ahmad II’ atau biasa disebut `Jalur
Baru’ dengan penambahan jalur dengan tingkat kesulitan yang cukup
tinggi untuk cross coutry. Pada hari Sabtu, tanggal 8 Mei 2004
bertempat di pemancingan. Pak Partahi resmi diangkat menjadi `kepala
suku’ JPG yang baru menggatikan Pak Djati yang telah habis masa
tugasnya.
Perkembangan Teknologi informasi juga mempengaruhi dinamika di JPG. Melengkapi milis MTB Indonesia yang telah terlebih dahulu eksis. Pada tahun 2004 terbentuklah milis JalurPipaGas, melalui milis ini JPG’er saling berbagi informasi. Salah satu yang di bahas adalah aktifitas bersepeda ke kantor, sekitar tanggal 28 Juli 2004 ketika membahas asiknya Devin yang setiap hari mempergunakan sepeda dari Bintaro ke kantor di kawasan Sudirman muculah istilah B2W untuk pertama kali. Selanjutnya diskusi tentang B2W berlajut serius ketika (Alm)Anton Ori mempelopori ide ”BikeToWork Week”. Mensikapi ide tersebut pada malam Selasa Tanggal 3 Agustus 2004 maka di gelarlah rapat di rumah Taufik Hidayat. Keputusan rapat sederhana tersebut melahirkan sebuah skenario aksi simpatik. Hampir setiap JPG’er mendapat porsi, mulai dari Korlap (Toufik) hingga logo B2w yang melegenda (Abby). Kampanye Bike To Work pada tanggal 6 Agustus 2004 berlangsung tertib dan aman serta mendapat respon postif dari pada MTB’er dan berbagai media. Pada perkembangannya aksi yang di pelopori oleh JPG’er ini menjadi cikal bakal sebuah pergerakan yang bernama Bike To Work Indonesia.
Sebagai sebuah sarana olah raga bersepeda JPG juga aktif mengelar beragam kegiatan kompetisi. Lomba yang di gelar oleh JPG’er selalu menarik minat peserta untuk mengikutinya. Para atlet nasional pasti tidak melewatkan setiap lomba yang di gelar di JPG. Tidak hanya melulu mewadahi para MTB’er dewasa, JPG juga pernah membuat lomba khusus untuk anak-anak yang semoga mampu menumbuhkan minat anak-anak terhadap dunia sepeda khususnya MTB. Sekaligus bertujuan sebagai wadah pembinaan karena MTB juga tempat pengodokan dan melahirkan atlet-atlet berkualitas baik untuk XC maupun DH.
Berbicara sejarah JPG tentu tidak akan lepas dari klub Xplorer
(sekarang menjadi Explorer) dengan segala dinamikanya. Dan tugas kita
sekarang adalah menjaga hasil kerja keras orang yang telah membuat
JPG telah berkembang menjadi salah satu komunitas sepeda gunung
terbesar di Indonesia.
Penyusun
Odjie
Sejarah tentu akan melibatkan waktu, tempat dan pelaku. Tulisan ini
bukan bermaksud menonjolkan orang per orang. Di sadur cari tulisan :
Devin, Pak Poer (Momi), Pak Djati dan obrolan dengan Pak Joe dan
E’mak serta dibaca oleh Pak Adam.
Balas ke OdjieLaporkan
Balas
Demi mereka latihan maka di buatlah sebuah trek. Dan trek itu sekarang bernama JPG.
Sumber : http://www.facebook.com/album.php?aid=2011158&id=1417227433
Sumber : http://www.facebook.com/album.php?aid=2011158&id=1417227433
1 komentar:
saya masih menikmati hasil jerih payah para pioneer JPG 20 tahun yang lalu, dan trek JPG masih menjadi lahan mengasah skill mtb-er hingga kini
Posting Komentar